Sukses

Karamah: Sejarah Syiar Islam dalam Bubur India

Tradisi membagikan bubur India di bulan Ramadan merupakan tradisi yang berlangsung sejak lebih dari satu abad lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Waktu Magrib segera tiba. Para petugas di Masjid Pekojan, Semarang, Jawa Tengah mulai menyiapkan menu berbuka puasa.

Masing-masing terdiri dari semangkuk bubur India, segelas susu, dan sepotong buah semangka. Setiap hari, lebih dari 200 porsi disiapkan untuk warga muslim yang akan berbuka puasa di masjid ini.

Tradisi membagikan bubur India di bulan Ramadan berlangsung sejak lebih dari satu abad lalu. Di masa lalu, tradisi ini pada mulanya dilakukan pedagang dari Gujarat India saat melakukan syiar Islam di kawasan ini.

Di masjid inilah semua hidangan disiapkan. Kekhasan bubur India tetap dijaga agar rasanya tidak berubah sejak pertama kali diperkenalkan.

Sejumlah rempah-rempah seperti kayu manis, kapulaga, jahe, dan cengkeh membuat bubur ini memiliki rasa yang khas. Bubur nasi ini juga dicampur dengan sayuran seperti wortel dan seledri. Memasaknya pun menggunakan kayu bakar.

Saat waktu magrib tiba, para jemaah pun menikmati hidangan berbuka puasa bersama. Semuanya berbaur dalam kebersamaan.

Tradisi yang menyimpan cerita sejarah penyebaran Islam ini pun tetap berlanjut. Bubur India ini juga menyimpan semangat toleransi karena di masa lalu, kuliner ini bisa merekatkan persaudaraan antara etnis Gujarat, Tionghoa, Arab dan Jawa di kawasan ini.

Berdasarkan informasi yang tertera dalam prasasti, Masjid Kauman atau biasa disebut Masjid Pekojan dibangun pada tahun 1309 hijriah atau 1878 masehi. Bahkan diduga cikal bakalnya telah ada jauh sebelum itu.

Bahan untuk membuat 200 an porsi bubur India yang legendaris ini diperoleh dari para donatur.

Simak ulasan lengkap sejarah tradisi bubur India dalam Karamah (Kamus Ramadan Membawa Hikmah) yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Kamis (2/7/2015) di bawah ini. (Nda/Mvi)