Liputan6.com, Jembrana - Puluhan hektare sawah di Subak Jati, Desa Bayubiru, Jembrana, Bali sudah 2 bulan tidak dialiri air. Padi yang baru berumur 1 bulan pun dipastikan mati dan akan mengalami gagal panen.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (30/7/2015), untuk mengurangi kerugian, para petani terpaksa menjual tanaman padinya untuk pakan ternak seharga Rp 500 ribu. Hingga saat ini, pemerintah setempat belum terlihat turun tangan untuk menanggulangi krisis air di Jembarana ini.
Baca Juga
Di Leuwi Gajah, Cimahi, Jawa Barat, akibat tidak ada pasokan air, para petani terpaksa menggunakan air limbah pabrik untuk mengairi sawah mereka. Karena menggunakan air limbah, kualitas padi yang dihasilkan pun kurang bagus. Bulir beras berwarna kemerahan bahkan mudah hancur.
Advertisement
Akibat musim kemarau berkepanjangan, hasil panen padi pun berkurang drastis. Biasanya, 1 hektare sawah bisa menghasilkan 1 ton beras, namun kini hanya 100 kg, itu pun dengan kualitas beras kurang baik.
Sementara itu di Tasikmalaya, Jawa Barat, sawah seluas 4.0000 hektare milik petani juga mengalami kekeringan. Padi berumur 4 bulan seharusnya sudah berisi bulir beras, namun akibat tidak mendapat pasokan air, bulir padi ini masih kosong. Para petani pun memilih membiarkan padi mereka mengering atau dijual untuk pakan ternak.
Menurut Kadis Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Hendri, banyaknya persawahan yang gagal akibat kurang memperhitungan waktu saat menanam padi.Â
"Kadang-kadang karena terlalu bernafsu ingin meningkatkan produksi, tanpa melihat cuaca. Padahal, semua informasi masalah cuaca dari BMKG sudah kita sampaikan ke lapangan," ucap Kadis Pertanian Kabupaten Tasikmalaya Hendri. (Vra/Ans)