Liputan6.com, Temanggung - Warga Desa Keniten, Kecamatan Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah sudah beberapa bulan belakangan menggantungkan kebutuhan air mereka dari bantuan truk tangki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (2/8/2015), setiap jadwal truk air datang, para warga berbondong-bondong mengerumuni truk untuk mendapatkan air. Hal ini dikarenakan mereka sama sekali tidak memiliki persediaan air.
Baca Juga
"Setiap musim kemarau itu pasti kekeringan, sangat memprihatinkan. Kalau cari air itu kalau ada mata air kecil-kecil diambil sedikit-sedikit," ucap salah seorang warga.
Advertisement
Menurut pihak BPBD Temanggung, data tahun 2014 lalu menunjukkan ada 10 kecamatan yang mengalami krisis air, namun baru 4 kecamatan saja yang mendapatkan pasokan air dari BPBD seminggu sekali. Itu pun harus digunakan tak hanya untuk minum, tetapi juga untuk mandi dan mencuci.
"Sementara ini baru 4 kecamatan yang kita back up (berikan air). Untuk setiap harinya kita dropping, untuk wilayahnya sendiri 4 tangki. 1 tangkinya ada 5.000 liter," ucap salah seorang petugas BPBD Temanggung Edi.
Musim kemarau panjang sejak 3 bulan terakhir membuat warga Dusun Kapejang, Pulau Battoa, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat kian kesulitan mendapatkan air bersih, meski hanya untuk memenuhi kebutuhan masak dan minum.
Sumur-sumur di dekat rumah warga kering. Hanya ada 1 sumur tua sedalam 20 meter yang harus ditempuh berjalan kaki mendaki bukit sejauh 800 meter dari desa mereka yang masih mengeluarkan air. Namun itu pun harus menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan air 1 ember bagi tiap keluarga.
Akibatnya, waktu mereka habis hanya untuk mengambil air. Meski begitu, para warga tak memiliki banyak pilihan lain. Bila tak sanggup menunggu, para warga ada yang mencari air minum di seberang pulau.
Jika mencari air di seberang pulau, para warga harus menggunakan perahu sambil membawa puluhan jeriken. Namun untuk melakukan hal itu, biayanya cukup tinggi. (Vra/Ans)