Sukses

Krisis Air, Petani di Polewali Mandar Berebut Air Irigasi

Kedua kelompok petani sempat mempersenjatai diri dengan parang namun ditengahi lurah dan aparat kodim setempat.

Liputan6.com, Polewali Mandar - Krisis air membuat warga di sejumlah daerah harus berjalan jauh dan antre hingga 24 jam untuk mendapatkan air. Di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, 2 kelompok petani bahkan bersitegang berebut air untuk irigasi.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Jumat (7/8/2015), setiap hari, puluhan warga Dusun Ndano Ndere dan Dusun Rasabou, Desa Bajo, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, NTB berjalan kaki sejauh 3 km untuk mencari air.

Anak-anak juga membawa jeriken menempuh jalur pegunungan menuju sumber air di Sungai Dewutanggiri. Di sungai, warga mencuci pakaian, mandi, dan mengambil air untuk minum dan memasak. Krisis air selalu terjadi setiap tahun namun tak ada anggaran dari pemerintah untuk membantu membuat sumur bor.

Di Magelang, warga Dusun Wonolelo, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, setiap hari harus mengambil air di bawah lereng bukit sejauh 2 km dari tempat mereka tinggal. Itu pun aliran dari sumber air hanya sedikit sehingga warga harus antre berjam-jam dari pagi hingga malam hari. Di Dusun Wonolelo, sekitar 300 jiwa bergantung pada satu-satunya sumber air ini.

Di Polewali Mandar, petani-petani di Kelurahan Lantora, Sulawesi Barat panik karena khawatir gagal panen. Sekelompok petani dari Kelurahan Sulewatang menutup aliran air di selokan yang selama ini mengairi petak-petak sawah di 2 kelurahan bertetangga tersebut.

Penutupan secara sepihak ini diprotes petani Lantora, namun tidak digubris petani Sulewatang karena air juga sangat dibutuhkan untuk lahan mereka. Kedua kelompok petani sempat mempersenjatai diri dengan parang namun ditengahi lurah dan aparat kodim setempat.

Selokan yang semula ditutup total akhirnya dibuka. Di 2 kelurahan ini terdapat 200 hektare sawah. 50 Hektare lebih di antaranya puso sebelum dipanen. (Nda/Rmn)