Liputan6.com, Serang - Kegiatan sehari-hari Maspatum, nenek berusia 70 tahun relakan sisa hidupnya menjaga sebuah lintasan kereta api di Desa Kemang, Sumur Pecung, Serang, Banten. Dengan bersemangat, Nek Katum, begitu dia biasa disapa, menghentikan kendaraan yang akan lewat bila diketahuinya ada kereta yang akan melintas.
Tidak ada pintu kereta di persimpangan jalur kereta dan jalan kendaraan bermotor di area Nek Katum bertugas. Walau tak muda lagi, tak tampak rasa lelah di wajah Nek Katum. Nenek 9 cucu ini bahkan tak segan mengomel bila ada pengendara menyerobot.
Nek Katum lahir di Desa Pondok Kaharu, Ciomas, biasa berjuang mencari nafkah membantu keluarganya, dengan berjualan sayur keliling Kota Seranng.
Setelah menikah, Nek Katum dan suami menyambung hidup dengan berjualan nasi di pinggir rel kereta api. Ketika sang suami meninggal dunia di tahun 1984, ia harus berjuang sendirian.
Advertisement
Tidak mampu pindah ke tempat yang lebih layak. Sekitar 40 tahun sudah, Nek Katum menempati lahan milik PT Kereta Api. Selama itu ia merasa terpanggil untuk menjaga keamanan lintasan kereta api.
Bagi warga sekitar, Nenek Katum bukanlah sekedar lonceng peringatan bila ada kereta yang akan lewat. Nek Katum yang sederhana tidak pernah bertanya, kenapa lintasan kereta api ini tidak berpintu.
Baginya Nek Katum yang terpenting adalah menjaga, jangan sampai ada orang yang celaka. Walau kedatangan kereta sering membuatnya sulit tidur nyenyak, Nek Katum melakukan semuanya.
"Lakukanlah setiap pekerjaan dengan ikhlas," motto Maspatum.
Saksikan dedikasi Nek Katum menjaga palang pintu kereta api dalam Pantang Menyerah yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (14/08/2015), di bawah ini. (Dan/Mut)