Liputan6.com, Jakarta - Beragam cara sudah dilakukan pemerintah Arab Saudi untuk menghindari tragedi saat lempar jumrah. Di antaranya dengan membangun jamarat secara bertingkat hingga bisa mengatur arus jemaah.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Jumat (25/9/2015), kompleks Jamarat Mina sebenarnya telah dibangun sebesar mungkin untuk menampung sekitar 3 juta jemaah haji tiap tahunnya.
Meski jamarat telah dilengkapi 5 lantai, jemaah haji yang memasuki Mina perlu memperhatikan beberapa hal. Pengetahuan para jemaah diperlukan untuk menghindari terjadinya kecelakaan di tengah ramainya arus jemaah haji.
Advertisement
Jemaah tidak seharusnya membawa tas besar dan barang bawaan yang berat. Jemaah diimbau untuk meninggalkan barang bawaan berukuran besar milik mereka di tenda.
Jemaah juga dilarang menggunakan jalan yang menuju atau keluar jamarat untuk beristirahat, atau bergerombol untuk beristirahat. Kegiatan ini dilarang karena bisa menghambat jemaah lainnya yang berjalan menuju jamarat, atau meninggalkan jamarat kembali ke tenda.
Kondisi ini kerapkali menyebabkan kecelakaan hingga jemaah terinjak injak.
Sejak tahun 1990 hingga 2015, sudah terjadi 8 kali musibah di Mina. Pada musim haji 1990, sebanyak 1.426 jemaah meninggal dunia dan 631 orang jemaah berasal dari Indonesia.
Tahun 1994, sebanyak 270 jemaah meninggal dunia. 6 Jamaah di antaranya dari Indonesia. Dan tahun 1998, 118 jemaah meninggal di Jembatan Jamarat.
Kemudian tahun 2001, sebanyak 35 orang jemaah meninggal dunia. Musibah terjadi lagi tahun 2003, jumlah korban sebanyak 36 orang.
Setahun berikutnya, jumlah korban meninggal dunia tercatat 251 orang yang 39 di antaranya jemaah asal Indonesia.
Tahun 2006, musibah Mina kembali menelan korban. Sebanyak 362 jemaah meninggal dunia. (Nda/Mut)