Liputan6.com, Aceh - Daerah Takengon, Aceh Tengah, Aceh, sebagian wilayahnya berada di punggung pegunungan, dan lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar warga daerah ini hidup sebagai petani.
Salah satunya adalah Edi Wahyuni. Selain bertani, Edi juga bertugas sebagai penyuluh pertanian. Di waktu senggang, Edi terus mencari cara untuk memperbaiki hasil pertanian dan meningkatkan taraf hidup para petani.
"Setelah saya banyak membaca, banyak mendengar dari kawan-kawan, dari media internet saya baca, lalu saya mempunyai inisiatif untuk membuat pupuk organik ini sendiri dari bahan limbah yang berada di kota Takengon," ucap Edi Wahyuni.
Advertisement
Di mata Edi, pupuk organik bisa menyelesaikan sejumlah masalah. Pupuk organik bisa dibuat dari sampah organik yang mudah ditemukan di pasar. Murah dan mengurangi masalah sampah, selain itu penggunaan pupuk organik akan jauh mengurangi penggunaan bahan kimia.
"Ini sangat-sangat banyak manfaatnya. Karena selama ini pasar selalu membuang limbah itu ke tong sampah. Itu yang dibuang di sampah menjadi limbah, diolah kembali menjadi pupuk organik cair. Dengan menggunakan pupuk organik cair, ini sudah bisa mengeliminir pencemaran lingkungan," ujar Wakil Rektor Universitas Gajah Putih Takengon, Masnah Manurung.
Dengan upaya sendiri, Edi membuat banyak percobaan. Untuk mendapat campuran paling tepat, awalnya pupuk organik karyanya selalu diuji cobakan di ladangnya sendiri.
Setelah hasilnya dirasa memadai, Edi menyebarluaskan resepnya pada para penyuluh pertanian dan sesama petani. Berkat pengalaman bertahun-tahun, campuran pupuk ala Edi rupanya manjur.
"Kemudian bapak Edi memperkenalkan pupuk organik. Di samping memang biayanya murah karena bahan-bahannya kita dapat sendiri yaitu dari limbah-limbah pertanian, dari sisa-sisa buah. Ternyata setelah kami aplikasikan ke tanaman, pertumbuhan tanamannya beberapa tahun ke belakang ini, mulai bagus kembali. Demikian juga untuk hama dan penyakit itu sudah mulai berkurang," ungkap salah seorang petani Siapa.
Dan ternyata, Edi yang merupakan lulusan sekolah menengah pertanian ini sebetulnya punya visi jauh ke depan. Edi berharap para petani Takengon siap menghadapi masyarakat ekonomi Asia yang kemungkinan akan lebih memilih produk-produk organik yang bebas bahan kimia.
Ide Edi Wahyuni untuk kembali menggunakan pupuk organik tumbuh bagai bola salju. Pemerintah daerah setempat bahkan tertarik menerapkan pupuk organik cair ala Edi di seluruh kawasan Takengon.
"Mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada bapak Edi Wahyuni. Para petani yang khususnya kabupaten Aceh Tengah akan memanfaatkan pupuk itu untuk menekan cost, artinya untuk pembelian pupuk, lebih rendah lagi. Dan diproduksi di lokal mudah dijangkau oleh para penduduk yang lainnya," kata Kepala Badan Penyuluh Ketahanan Pangan Takengon, Sabilul Rasyid.
Petani berusia 36 tahun ini berharap bisa terus menyempurnakan pupuk cair buatannya hingga dapat memberikan manfaat kepada lebih banyak lagi petani.
Saksikan perjuangan petani Edi Wahyuni membuat dan meracik pupuk cair organik dalam Sosok Minggu Ini yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (18/10/2015), di bawah ini. (Vra/Yus)