Liputan6.com, Makassar - Kampung Dangko Jongaya dapat ditempuh dengan 1 jam perjalanan darat dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kampung Dangko dihuni 800 kepala keluarga.
Karena sejak lama sebagian besar warga kampung ini hidup sebagai pengemis, Kampung Dangko pernah lebih dikenal sebagai kampung pengemis. Banyak warga kampung ini menderita penyakit kusta.
Baca Juga
Selama puluhan tahun kampung ini tidak mengalami perkembangan berarti. Sampai pada 3 tahun lalu melihat kondisi kampung ini, seorang mahasiswa sederhana bernama Derry Permana Munsil terpanggil.
Advertisement
Derry merasa bisa membuat perubahan. Tak berhenti pada tataran ide, Derry juga langsung terjun melakukan aksi nyata.
"Kami memberikan mereka pelatihan usaha, kemudian memonitoring usaha mereka sampai ke tahapan pemasaran. Jadi hasil produk dari Kampung Dangko ini kita fasilitasi masuk ke pemasaran-pemasaran di toko-toko yang ada di Kota Makassar," ucap Derry.
"Pelatihan untuk membuat keset kaki, kemudian pelatihan untuk pembuatan lampu hias, sama pembuatan bros," lanjut Derry.
Derry menggalang rekan-rekannya sesama mahasiswa untuk membantu warga Kampung Dangko. Sebagai wadah kegiatan, di awal tahun 2012 mereka membentuk komunitas Aksi Indonesia Muda (AIM).
Derry dan rekan-rekannya memutar otak agar program untuk warga Kampung Dangko bisa berjalan berkesinambungan. Bukan hanya memberi pelatihan membuat produk, Derry memastikan produk karya warga Dangko bisa terjual di pasar.
Salah satu tantangan terberat adalah mengubah pola pikir. Telah lama warga Kampung Dangko terbiasa mengemis. Telah lama pula warga sekitar merasa tidak nyaman berhubungan dengan warga Dangko.
"Mereka kurang diterima masyarakat luar, ada diskriminasi yang sangat kental sekali untuk warga Kota Makassar terhadap perkampungan ini. Jadi untuk me-link-an, menghubungkan produk-produk yang ada di kampung ini untuk ke pasar-pasar itu mendapatkan tantangan yang cukup berat,"sambung Derry.
Berbagai kesulitan tidak menyurutkan semangat Derry. Sedikit demi sedikit citra Kampung Dangko terus membaik. Sekarang banyak warga Kampung Dangko bisa menghidupi keluarga tanpa harus mengemis.
Bagi banyak warga Kampung Dangko, bantuan Derry bersama komunitas AIM bukanlah hanya berbentuk materi. "Kami sangat bersyukur sekali beliau (Derry) datang ke sini karena betul-betul mereka mengangkat derajat kami," ungkap salah seorang tokoh warga Kampung Dangko Mustari Lutung.
Sampai sekarang, Derry dan kawan-kawan terus mengupayakan berbagai cara kreatif untuk membantu warga Kampung Dangko.
Sebutan Dangko sebagai Kampung Pengemis kini sudah jarang terdengar. Derry yang telah jadi sarjana tekhnik sipil berharap perkembangan Kampung Dangko tidak berhenti di sini. Kampung Dangko masih bisa tumbuh semakin baik lagi.
"Pokoknya hal-hal yang negatif itu berubah menjadi kampung kerajinan tangan. Kami bercita-cita untuk mengembangkan kerajinan tangan kreatif terpusat di kampung ini," tandas Derry.
Saksikan bagaimana perjuangan Derry Permana Munsil mengubah citra Kampung Dangko dalam Sosok Minggu Ini yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (15/11/2015), di bawah ini. (Vra)