Sukses

Kopi Pagi: Menghargai Guru, Menghargai Masa Depan

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, namun kesejahteraan mereka masih belum diperhatikan.

Liputan6.com, Jakarta - Guru biasa disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun sayang kesejahteraan mereka masih belum diperhatikan. Gaji dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) dan beban pekerjaan yang tinggi, menjadi polemik yang tak kunjung usai.

Tanggal 25 November lalu, adalah Hari Guru. Sebagai bentuk penghargaan bagi para pendidik generasi bangsa ini, satu tanggal pun didedikasikan khusus bagi mereka.

Tapi apakah benar bangsa ini sudah menghargai para guru?

Menghargai tentunya tidak cukup hanya dengan menetapkan 25 November sebagai Hari Guru. Namun, ada yang jauh lebih penting, yaitu memberikan kesejahteraan bagi para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Kita tengok perbadingan rata-rata gaji guru di sejumlah negara ASEAN. Gaji yang setara dengan Rp 57, 8 juta per bulan, diberikan pemerintah Singapura bagi para gurunya.

Brunei Darussalam dan Malaysia menggaji guru di atas Rp 20 juta. Thailand dan Filipina sendiri, gaji guru rata-rata setara Rp 10 juta.

Sementara di Negeri kita sendiri, untuk golongan III A, mereka digaji Rp 3 hingga 3,5 juta per bulan.

Tapi tunggu dulu, uang Rp 3 juta itu diberikan bagi para guru yang sudah berstatus Pegawai Negeri Sipil. Lain halnya dengan gaji para guru honorer.

Rata-rata para guru honorer hanya Rp 200 hingga 300 ribu per bulan. Jauh dari upah minimum kota.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, para guru honerer harus banting tulang mencari pekerjaan tambahan. Ada yang mengajar sambil berjualan tahu, ada juga yang menjadi tukang ojek.

Polemik kesejahteraan guru honorer seakan tak pernah usai. Pemerintah seakan masih setengah hati memperjuangkan nasib mereka.

Saksikan rangkuman Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) selengkapnya yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (29/11/2015), di bawah ini. (Nda/Dms)