Sukses

VIDEO: Sang Pemimpi(n), Bela dan Beli Kulonprogo

Filosofi program ini adalah mengajak masyarakat memenuhi kebutuhan lokal secara mandiri dan menjaga perputaran uang.

Liputan6.com, Kulonprogo - Memasuki Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, kita akan menemukan kisah kemandirian penduduk lokal dengan program "Bela dan Beli Kulonprogo" yang digulirkan Bupati Hasto Wardoyo.

Seperti ditayangkan Sang Pemimpi(n) dalam Liputan 6 Pagi SCTV, Kamis (3/12/2015), kemiskinan di Kulonprogo turun drastis. Filosofi program ini adalah mengajak masyarakat memenuhi kebutuhan lokal secara mandiri dan menjaga perputaran uang.

Dampak program ini di antaranya adalah makin maraknya sentra kerajinan batik. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulonprogo mengeluarkan kebijakan pada hari tertentu pelajar dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) wajib mengenakan batik geblek renteng, batik khas Kulonprogo.

Dengan jumlah pelajar mencapai 80.000 orang dan PNS 8.000 orang, kebijakan ini mendongkrak sentra industri batik lokal.

Sentra industri batik bertambah dari semula hanya 2, menjadi 50-an. Sekitar 1.000-an perajin batik yang semula bekerja di Yogyakarta kini memilih bekerja di Kulonprogo.

Untuk menjamin kesejahteraan petani, Pemkab Kulonprogo juga mewajibkan PNS membeli beras hasil produksi petani Kulonprogo 10 kg per PNS setiap bulan. Bahkan beras raskin pun menggunakan beras produksi petani Kulonprogo.

Kemandirian Kabupaten Kulonprogo pun ditunjukkan dengan memproduksi air minum kemasan oleh PDAM dengan merek Airku yang berarti Air Kulonprogo.

Selain dijual untuk umum, kantor-kantor pemerintah di lingkungan Kulonprogo wajib menggunakan Airku.

Hasto Wardoyo adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia menjadi Bupati Kulonprogo sejak 2011 diusung PDIP dan PAN. Berbagai penghargaan pun pernah diraihnya.

Dengan berbagai program populis di antaranya Bela dan Beli Kulonprogo, kemiskinan di Kulonprogo turun drastis dari 22,54 persen pada 2013 menjadi 16,74 persen pada 2014 berdasarkan data Bappeda.

Hasto juga menerapkan program Universal Coverage dalam pelayanan kesehatan, di mana Pemkab Kulonprogo menanggung biaya kesehatan warganya Rp 5 juta per orang.

Untuk mengimbangi program Universal Coverage, RSUD Wates Kulonprogo memberlakukan layanan tanpa kelas. Artinya, ketika kelas 3 penuh, pasien miskin bisa dirawat di kelas 2, kelas 1, bahkan VIP.

Hasto juga berusaha mengurangi kawasan pemukiman tak layak huni lewat program Bedah Rumah. Sejak dia menjabat bupati, sudah hampir 700 rumah yang diperbaki.

Di sela program Bedah Rumah, Hasto tak pernah berhenti mengkampanyekan program Bela dan Beli Kulonprogo.