Sukses

Kopi Pagi: Tragedi Jembatan Cisomang

Jembatan di Kilometer 100 Tol Cipularang ini retak dan bergeser hingga 57 sentimeter, pergeseran jembatan diperkirakan daerah yang labil.

Liputan6.com, Jakarta Ribuan kendaran besar dan kecil terjebak kemacetan panjang, tidak tanggung tanggung belasan kilometer antrean kendaraan mengular di ruas Tol Cipularang, Purwakarta, Jawa Barat, Jumat pekan lalu. Bukan sekedar karena melonjaknya volume kendaraan menjelang libur Natal, tapi lebih karena retaknya tiang jembatan Cisomang.

Jembatan yang terletak di kilometer 100 Tol Cipularang ini retak dan bergeser hingga 57 sentimeter. Pergeseran jembatan diperkirakan karena daerah jalan Tol Purbaleunyi merupakan daerah yang labil, sehingga rentan terjadinya pergerakan tanah.

Meski kondisi jembatan masih relatif aman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membentuk tim untuk melakukan perbaikan. Upaya yang dilakukan adalah menguatkan konstruksi jembatan.

Dalam masa perbaikan itu, untuk menghindari pergeseran yang lebih besar, beban Jembatan Cisomang harus dibatasi. Kendaraan bertonase besar dialihkan ke Arteri Purwakarta, hingga kemacetan tak terhindarkan.

Tol yang menghubungkan Jakarta-Bandung ini, resmi dibuka untuk umum pada 2005. Tol ini dibangun untuk memangkas waktu tempuh Jakarta-Bandung, menjadi hanya sekitar 2 jam saja.

Namun dibalik besarnya manfaat Tol Cipularang, kawasan ini menyimpan bahaya. Sebab, tanah di kawasan ini terdiri dari beberapa formasi, salah satunya adalah batu lumpur.

Batu lumpur adalah batu sedimen yang tersusun dari partikel halus sehingga mudah bergerak. Inilah salah satu alasan mengapa kawasan ini seringkali mengalami longsor.

Sejak dibuka, Tol Cipularang beberapa kali mengalami longsor atau amblas. Di tahun pertama pengoperasiaannya, jalan tol ini amblas dua kali, yakni pada November 2005 dan Januari 2006. Pada Januari 2014, Tol Cipularang di wilayah Dawuan atau tepatnya kilometer 72 amblas.

Sebanyak 180 tiang pancang ditanam pada tanah sedalam 12 meter, sebagai langkah perbaikan. Sebelumnya di tahun ini, terjadi longsor di kilometer 118. Ketika itu, seluruh kendaraan dari Jakarta menuju Bandung dialihkan ke pintu keluar Jatiluhur.

Terbaru, retaknya tiang Jembatan Cisomang, lagi-lagi akibat pergerakan tanah. Untuk perbaikannya butuh waktu tiga bulan.

Jalan tol hanya dibuka untuk kendaraan kecil saja, ini artinya mimpi buruk bagi sopir kendaraan besar seperti truk dan bus, karena harus menuju Bandung melalui jalur Arteri Purwakarta. Waktu tempuh akan jauh lebih lama, mengingat banyaknya simpul kemacetan di sepanjang jalur Arteri.

Saksikan tayangan video selengkapnya dalam tautan ini.

Â