Liputan6.com, Sumbawa - Ini tentang kisah hewan bernama latin bubalus bubalis. Kisah perjalanan yang rutin dilalui kerbau di Kecamatan Empang dan Tarano, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Meski sejatinya bukan hewan amfibi, gerombolan ini memiliki naluri berenang. Kerbau Sumbawa memiliki tingkat adaptasi tinggi.
Pemandangan gerombolan kerbau sudah biasa di sini. Bukan ajang demontrasi, warga mahfum dengan tingkah polah hewan satu ini. Karena bagi warga di bagian tengah Pulau Sumbawa, kerbau punya kedudukan ekonomi tinggi.
Advertisement
Setahun sekali menjelang musim tanam, kerbau di sini wajib merantau. Kerbau bernilai investasi, juga perekat sosial masyarakat Sumbawa.
Riuh teriakan menjadi penyemangat bagi para kandidat barapan atau karapan kerbau khas Sumbawa.
Berkawan lumpur, sang joki dituntut terampil mengendalikan sepasang bubalus bubalis. Targetnya waktu tercepat menyentuh tiang pancang alias sakak.
Antusias pada jagoannya, warga dari pria hingga wanita, tua muda tak lagi peduli pada terik matahari. Sepelemparan tombak dari hingar bingar barapan, petani dan peladang berpacu menyambut musim tanam yang datang setahun sekali.
Ini tanda bagi peternak kerbau-kerbau mesti diungsikan. Sebab, budaya ternak kerbau di Kabupaten Sumbawa adalah ekstensifikasi. Orang Sumba menyebutnya lar atau sistem pemeliharaan dengan mengandalkan ladang gembala.
Kesehatan menjadi hal utama, khususnya buat anak-anak kerbau yang kondisi fisiknya belum teruji.
Tak hanya siang, malam hari seribuan kerbau dari berbagai daerah diiring menuju garis pantai.
Saksikan video selengkanya yang ditayangkan Potret Menembus Batas SCTV, Minggu (15/1/2017) dalam tautan ini.