Liputan6.com, Jakarta - Memiliki anak penyandang autisme merupakan tantangan tersendiri bagi para orangtua. Tak hanya memerlukan perhatian lebih, para orangtua penyandang autisme juga perlu terjun langsung dalam mendidik anak mereka agar bisa memberikan stimulasi dan dukungan yang tepat bagi perkembangan anak.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (21/5/2017), keterlibatan penuh orangtua terbukti sukses menghantarkan anak penyandang autisme ke bangku kuliah hingga terjun ke masyarakat.
Baca Juga
Bradley Mc Gerry, seorang peneliti dan juga Direktur Autism and Asperger Initiative di Universitas Mercyhurst, Pennysylvania, Amerika Serikat, berkesempatan berbagi ilmunya kepada para orangtua penyandang autisme dalam seminar yang diadakan di Jakarta.
Advertisement
Dia menjelaskan, penderita autisme biasanya mengalami masalah bahasa, komunikasi, dan belajar. Namun, setiap penderita autisme berbeda satu dengan yang lainnya.
Kendati demikian, apabila autisme terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan tepat, penyandang autisme akan memiliki peluang lebih besar untuk menyesuaikan hidupnya dengan normal.
"Sangat spesifik dengan tingkah laku berpola. Misalkan menjejerkan mobil dalam satu baris dengan susunan tertentu, kelakuan yang obsesif atau ekstrem, juga anak-anak yang sulit atau tidak nyaman melakukan kontak mata bisa menjadi tanda peringatan bagi orangtua," ujar Bradley.
Beberapa penyandang autisme harus mendapatkan pendidikan di sekolah khusus serta terapi. Namun, beberapa lainnya mampu belajar di kelas inklusif dan membaur dengan anak-anak lain.
Kesuksesan bisa tercapai jika guru dan teman sekelas bisa memahami kondisi dan kebutuhan penyandang autisme di kelas mereka.
Selain dukungan moral dari keluarga dan lingkungan, kualitas hidup penderita autisme juga dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi makanan yang bebas dari gluten atau zat perekat. Kandungan tersebut biasa ditemukan di gandum, jelai, dan kandungan kasein yang biasa ditemukan di susu.
saksikan video seminar tentang autisme selengkapnya berikut ini.